Featured Post

كيف يتخلص الإنسان من ذنوب الخلَوات؟

كيف يتخلص الإنسان من ذنوب الخلَوات؟ السؤال: ما المقصود بـ " ذنوب الخلوات " ؟ وكيف يستطيع الإنسان التخلص منها ؟ . ولدي استفسار ...

Friday, May 16, 2014

Apakah Kita Muslim?



هل نحن مسلمون  محمد قطب
“APAKAH KITA MASIH ORANG MUSLIM”
Oleh fauzil Mubarraq

Muhammad Kuthub dalam bukunya “ Hal Nahnu Muslimun” berbicara banyak mengenai masyarakat muslim serta kondisi dan stuasi muslim zaman sekarang.
Muhammad Qutub
Kemudian dalam muqaddimah bukunya mengatakan: bagaimana bisa dibayangkan bahwa seorang muslim yang mampu menyalahi pelajaran tuhannya dalam segala bidang kehidupan, mengkhianati semua amanahNYA, menipu, berdusta dan berkhianat. Perbuatan halal dia tinggalkan dan perbuatan haramlah yang dia ambil. Perkumpulan masyarakat islam tidak pernah dia ikuti, malahan perkumpulan non-muslim yang dia dekati, yang penuh dengan kedhaliman, kesesatan dan maksiat. Anak – anaknya disekolahkan di lembaga pendidikan non-muslim. Kemudian beberapa rakaat setiap harinya ( ikhlas atau tidak) di hadapan Allah Ta’ala, apakah masih dikatagori dia sebagai seorang muslim?

Kemudian darimana datang pemikiran yang sangat aneh pada mereka: apakah agama ini mengatur pola hidup masyarakat?, apa fungsi agama dalam berekonomi?, apa agama punya aturan dalam mengatur hubungan personal dengan masyarakat dan bernegara?, apa hubungan agama dengan pakain, khususnya pakaian wanita?, apa hubungan agama dengan seni?, apa hubungan agama dengan media cetak, elektronik, senima dan televisi?
Timbullah pertanyaan: Bagaimana kaum muslimin dulunya memahami islam? Dan bagaimana seharusnya kita yang sekarang memahami islam?
Kaum muslimim masa lampau tidak pernah memahami pengertian beragama islam seperti kita beragama sekarang. Pada zaman Rasulullah, para sahabat, tabi’  dan tabi’ tabi’in, mereka memahami islam bahwa seluruh pekerjaan dan sendi kehidupan manusia harus berdasarkan aturan yang telah di undang – undangkan oleh Allah Ta’ala, maksudnya, hal yang tersebut telah ada pengakuan dari Tuhan.
Mereka tidak pernah memahami dua kalimah syahadat hanya di ucapkan dengan lidah tanpa punya ketetapan yang teguh dan bersinar dalam sendi kehidupan manusia. Akan tetapi mereka memahami bahwa Tuhanlah yang mengurus segala keperluan mereka, jiwa dan raga kita hanya beribadat kepada Allah semata, tidak mensyarikatkan, dan Allah lah pemilik jagat raya ini yang memberikan rizki kepada setiap makhluk dan padaNYA tempat memohon pertolongan. Dan Allah juga yang membuat peraturan kehidupan manusia dan yang membuat bagaimana. Bukan orang lain dan kekuatan lainnya.
Sudah jelas bahwa  syariat islam mencakup segala kreatifitas manusia diatas permukaan bumi ini.
Syariat islam itu bukan hanya pada permasalah ibadah, nikah, talak, warisan dan lain – lain, akan tetapi islam itu masuk kedalam segala aspek, seperti politik, negara, ekonomi, sikologi, sosial, hak asasi manusia, perlindungan perempuan, perlindungan anak dan sebagainya. Tapi bagaimana masyarakat muslim memahami islam pada zaman sekarang? Ketika membuat undang – undang dan segala peraturan negara dan masyarakat, mereka tidak lagi melihat kepada hakikat islam, tidak lagi menjadikan syariat islam sebagai dasar aturan mereka, semua berkiblat pada aturan non-muslim, inilah problematika masyarakat islam zaman sekarang.
Masyarakat muslim sekarang sudah meninggalkan syariat. Ketika aturan hidup bernegara dan bermasyarakat bukan berasal dari azas islam dan syariatnya, maka apakah masih layakkah kita disebut sebagai muslim?
Apakah makna dan pemahaman beriman dengan Allah Ta’ala dan RasulNYA? apakah hanya tinggal pada berapa raka't setiap harinya? Cara berpakain, cara berinteraksi, kehidupan sosial, dan lain sebagainya tidak lagi tata cara yang islami?
Yang terjadi saat ini; ketika pemegang saham menjadi pemimpim, maka mereka mengambil kebijakan berdasarkan keuntungan bagi mereka, bukan atas dasar agama. Ketika konglomerat memimpin bangsa, mereka mengambil kebijakan atas dasar keuntungan kelompok mereka, bukan karena dasar agama. Ketika sebuah partai memimpim bangsa, semua kebijakan dan aturan dibuat atas dasar kemajuan partai dan misi mereka, bukan atas landasan syariat islam, walaupun mereka semua muslim. Apakah mereka masih disebut sebagai muslim ketika perilaku mereka sebagai muslim hanya sebatas pada berapa raka’at setiap harinya?. Pahamilah ayat misalnya tentang politk dan memimpim:
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ [النساء : 58]
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ [الشورى : 38]
Islam itu milik seluruh ummat manusia, milik segala lapisan generasi. Ibadah itu mempunyai makna yang mencakup seluruh kehidupan manusia dari lahir sampai masuk kubur, dari A sampai Z, bukan hanya kepada beberapa saat saja dalam mengerjakan idabah dan selebihnya bukan beribadah, inilah yang tersirat dalam Alqur’an:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ  [الذاريات : 56]
Ibadah itu maknanya terus berjalan sambil membekali diri menuju akhirat, dunia ini hanya permulaan dan akhirat itu tujuan pokok, makanya tidak dapat dipisahkan antara amalan dan ibadah dalam seluruh sendi kehidupan.
Sangat jauh berbeda pemahaman islam dimasa lalu dengan kaum muslim sekarang yang memahami makna islam.
Telah jauh kesesatan ummat islam dalam memahami makna islam itu sendiri, inilah yang harus kita robah pola pikir dasar kaum muslimin zaman sekarang yang memahami islam sebatas keikhlasan dan bagus niat dengan membuang dasar – dasar syariat islam.