هل نحن مسلمون محمد قطب
“APAKAH KITA MASIH ORANG MUSLIM”
Oleh fauzil Mubarraq
Muhammad Kuthub dalam bukunya “
Hal Nahnu Muslimun” berbicara banyak mengenai masyarakat muslim serta kondisi
dan stuasi muslim zaman sekarang.
Muhammad Qutub |
Kemudian dalam
muqaddimah bukunya mengatakan: bagaimana bisa dibayangkan bahwa seorang muslim
yang mampu menyalahi pelajaran tuhannya dalam segala bidang kehidupan,
mengkhianati semua amanahNYA, menipu, berdusta dan berkhianat. Perbuatan halal
dia tinggalkan dan perbuatan haramlah yang dia ambil. Perkumpulan masyarakat
islam tidak pernah dia ikuti, malahan perkumpulan non-muslim yang dia dekati,
yang penuh dengan kedhaliman, kesesatan dan maksiat. Anak – anaknya
disekolahkan di lembaga pendidikan non-muslim. Kemudian beberapa rakaat setiap
harinya ( ikhlas atau tidak) di hadapan Allah Ta’ala, apakah masih dikatagori
dia sebagai seorang muslim?
Kemudian darimana
datang pemikiran yang sangat aneh pada mereka: apakah agama ini mengatur pola
hidup masyarakat?, apa fungsi agama dalam berekonomi?, apa agama punya aturan
dalam mengatur hubungan personal dengan masyarakat dan bernegara?, apa hubungan
agama dengan pakain, khususnya pakaian wanita?, apa hubungan agama dengan
seni?, apa hubungan agama dengan media cetak, elektronik, senima dan televisi?
Timbullah
pertanyaan: Bagaimana kaum muslimin dulunya memahami islam? Dan bagaimana
seharusnya kita yang sekarang memahami islam?
Kaum muslimim masa
lampau tidak pernah memahami pengertian beragama islam seperti kita beragama
sekarang. Pada zaman Rasulullah, para sahabat, tabi’ dan tabi’ tabi’in, mereka memahami islam
bahwa seluruh pekerjaan dan sendi kehidupan manusia harus berdasarkan aturan
yang telah di undang – undangkan oleh Allah Ta’ala, maksudnya, hal yang tersebut
telah ada pengakuan dari Tuhan.
Mereka tidak pernah
memahami dua kalimah syahadat hanya di ucapkan dengan lidah tanpa punya
ketetapan yang teguh dan bersinar dalam sendi kehidupan manusia. Akan tetapi
mereka memahami bahwa Tuhanlah yang mengurus segala keperluan mereka, jiwa dan
raga kita hanya beribadat kepada Allah semata, tidak mensyarikatkan, dan Allah
lah pemilik jagat raya ini yang memberikan rizki kepada setiap makhluk dan
padaNYA tempat memohon pertolongan. Dan Allah juga yang membuat peraturan kehidupan
manusia dan yang membuat bagaimana. Bukan orang lain dan kekuatan lainnya.
Sudah jelas
bahwa syariat islam mencakup segala
kreatifitas manusia diatas permukaan bumi ini.
Syariat islam itu
bukan hanya pada permasalah ibadah, nikah, talak, warisan dan lain – lain, akan
tetapi islam itu masuk kedalam segala aspek, seperti politik, negara, ekonomi,
sikologi, sosial, hak asasi manusia, perlindungan perempuan, perlindungan anak dan
sebagainya. Tapi bagaimana masyarakat muslim memahami islam pada zaman
sekarang? Ketika membuat undang – undang dan segala peraturan negara dan
masyarakat, mereka tidak lagi melihat kepada hakikat islam, tidak lagi
menjadikan syariat islam sebagai dasar aturan mereka, semua berkiblat pada
aturan non-muslim, inilah problematika masyarakat islam zaman sekarang.
Masyarakat muslim
sekarang sudah meninggalkan syariat. Ketika aturan hidup bernegara dan
bermasyarakat bukan berasal dari azas islam dan syariatnya, maka apakah masih
layakkah kita disebut sebagai muslim?
Apakah makna dan
pemahaman beriman dengan Allah Ta’ala dan RasulNYA? apakah hanya tinggal pada
berapa raka't setiap harinya? Cara berpakain, cara berinteraksi, kehidupan
sosial, dan lain sebagainya tidak lagi tata cara yang islami?
Yang terjadi saat
ini; ketika pemegang saham menjadi pemimpim, maka mereka mengambil kebijakan
berdasarkan keuntungan bagi mereka, bukan atas dasar agama. Ketika konglomerat
memimpin bangsa, mereka mengambil kebijakan atas dasar keuntungan kelompok
mereka, bukan karena dasar agama. Ketika sebuah partai memimpim bangsa, semua
kebijakan dan aturan dibuat atas dasar kemajuan partai dan misi mereka, bukan
atas landasan syariat islam, walaupun mereka semua muslim. Apakah mereka masih
disebut sebagai muslim ketika perilaku mereka sebagai muslim hanya sebatas pada
berapa raka’at setiap harinya?. Pahamilah ayat misalnya tentang politk dan
memimpim:
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ
النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ [النساء : 58]
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
[الشورى : 38]
Islam itu milik seluruh ummat manusia, milik segala lapisan generasi.
Ibadah itu mempunyai makna yang mencakup seluruh kehidupan manusia dari lahir
sampai masuk kubur, dari A sampai Z, bukan hanya kepada beberapa saat saja
dalam mengerjakan idabah dan selebihnya bukan beribadah, inilah yang tersirat
dalam Alqur’an:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات : 56]
Ibadah itu maknanya
terus berjalan sambil membekali diri menuju akhirat, dunia ini hanya permulaan
dan akhirat itu tujuan pokok, makanya tidak dapat dipisahkan antara amalan dan
ibadah dalam seluruh sendi kehidupan.
Sangat jauh berbeda
pemahaman islam dimasa lalu dengan kaum muslim sekarang yang memahami makna
islam.
Telah jauh kesesatan
ummat islam dalam memahami makna islam itu sendiri, inilah yang harus kita
robah pola pikir dasar kaum muslimin zaman sekarang yang memahami islam sebatas
keikhlasan dan bagus niat dengan membuang dasar – dasar syariat islam.