(Djamaris & Saksono, 1996) Hamzah Fansuri, pada akhir abad ke -16 dan
awal abad ke-17, memperkenalkan ajaran tasawuf Wujudiyyah. Disebut Wujudiyyah
karena mem- bicarakan wujud Tuhan dan wujud manusia atau makhluk-Nya yang lain.
Ajaran ini mendapat tantangan dari banyak ulama yang hidup pada masa itu karena
. dianggap sesat dan menyimpang dari ajaran syariat.
(Djamaris & Saksono, 1996) Hamzah fansuri mendapat perlindungan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636) sehingga ajarannya sempat berkembang di masyarakat Aceh. Ajaran
tasawuf seperti yang diajarkan Hamzah Fansuri ini terlebih dahulu muncul di
Arab dan sekitarnya. Menurut Canon Sell (Hassan, 1987:21) ajaran tasawuf yang
ektrem ini muncul sekitar abad kesembilan dan permulaan abad kesepuluh. Ajaran
ini dipelopori oleh al-Bayazid dari Bistam dan al-Junaid dari Bagdad. Pengikut
al-Junaid yang terkenal ialah al-Hallaj yang terkenal dengan ucapannya
"onna alhag" saya yang benar atau saya Tuhan. Ucapannya ini mendapat
tantangan keras dari ulama ortodoks dan dianggap sebagai ucapan sesat. Sebagai
konsekuensi dari ucapannya ini, al-Hallaj dibunuh secara kejam. Walaupun sudah
dibunuh, ajaran al-Hallaj masih diikuti dan dipelajari. Di antara pengikutnya
adalah Ibn Arabi. Melalui Ibn Arabi inilah Hamzah Fansuri mempelajari Konsep
Wujudiyah.
Daftar Pustaka
Djamaris, E., & Saksono, P. (1996). Hamzah
Fansuri dan Nuruddin Ar-Raniry. Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar-Raniry
(p. 46). Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.