Featured Post

كيف يتخلص الإنسان من ذنوب الخلَوات؟

كيف يتخلص الإنسان من ذنوب الخلَوات؟ السؤال: ما المقصود بـ " ذنوب الخلوات " ؟ وكيف يستطيع الإنسان التخلص منها ؟ . ولدي استفسار ...

Wednesday, August 6, 2014

Hadits Sahih


1.    Hadits Sahih
a.    Sanadnya
Ibnu Shalah mendefinisikannya dengan:
هو الحديث المسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل الضابط عن العدل الضابط إلى منتهاه ولا يكون شاذا ولا معللا .[1]
Artinya: ” Hadits Shohih adalah: Hadits yang sanadnya bersambung dengan penukilan oleh orang yang adil lagi dhobith dari orang yang adil lagi dhobith dan seterusnya sampai selesai, tanpa adanya penyimpangan maupun cacat.”

Imam Nawawi mendefinisikan dengan:
ما اتصل سنده بالعدول الضابطين من غير شذوذ ولا علة.[2]
Artinya: “Hadits shohih adalah: Hadits yang sanadnya bersambung dengan orang-orang yang adil lagi dhobith tanpa adanya penyimpangan dan cacat.”
Setelah kita ketahui definisi hadits shahih, maka segala syarat hadits sahih terdapat dalam definisi tersebut:[3]
1.      Bersambung Sanad; yaitu setiap perawi mengambil lansung dari perawi diatasnya sampai kepada Rasulullah.
والمتصل: ما سَلِم إسنادُه مِنْ سقوطٍ فيه، بحيث يكون كلٌّ مِنْ رِجاله سمعَ ذلك المرويَّ مِن شيخه
2.      Adil Perawi; yaitu perawinya harus muslim, baligh, berakal, tidak fasik dan menjaga marwahnya.
والمراد بالعدل: مَنْ له مَلَكَةٌ تَحْمِلُه على مُلازَمة التقوى والمروءة.
 والمراد بالتقوى: اجتناب الأعمال السيئة من شِرْك أو فسقٍ أو بدعةٍ.
 والمروءة ذكر جمهور فقهاء الشافعية أنها السائر بسيرة أمثاله في زمانه ومكانه.
وقيل: التوقي عن الأدناس.
وقيل: أن لا يعمل في السرِّ ما يستحيا منه في العلانية[4]
3.      Ketelitian (dhabith) yang sempurna (tam); yaitu ada dua jenis dhabith:
والضبط:
أ - ضبطُ صَدْرٍ: وهو أن يُثْبِت ما سمعه بحيث يتمكَّنُ من استحضاره متى شاء.
ب- وضبطُ كتابٍ: وهو صِيانَتُهُ لديه منذ سمع فيه وصححه إلى أن يُؤَدِّيَ منه.[5]
·         Pertama dhabith sadr ( kuat hafalan) maksudnya kuat sekali hafalan didalam dada dan kepalanya, dan tidak akan berubah hafalannya sampai mati dirinya.
·         Kedua dhabith kitab, maksudnya tidak ada kesalahan dalam harakatnya, tidak ada coretan orang lain pada catatan haditsnya dan tidak hilang buku catatan haditsnya.
4.      Tiada Syadz; yaitu tidak menentang haditsnya dengan para perawi hadits lain yang lebih terpercaya melebihi dirinya.
والشاذُّ لغةً: المنفرد، واصطلاحاً: ما يخالِف فيه الراوي مَنْ هو أرجحُ منه
5.      Tiada ‘Illah; yaitu tidak ada suatu cacat yang tersembunyi sehingga mempengaruhi keabsahan hadits.
Contoh hadits yang punya segala syaratnya:[6]
حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ في المغرب بالطور
Uraiannya:
1.    Hadits ini bersambung sanadnya, karena setiap perawi mendengar dan mengambil dari guru mereka, adapun ‘an’anah disana dikatagori dalam bersambung, kerena Malik dan Ibnu Syihab bukan orang – orang yang tidak jujur.
2.    Perawinya adil dan teliti:
1.     Malik bin Anas seorang yang terpercaya dan teliti.
2.    Ibnu Syihab azZuhri, dia seorang ahli fiqh, hafidh, dan semua beranggapan bahwa dia sangat teliti dan orang yang mulia.
3.    Muhammad bin Jabir, seorang yang terpercaya.
4.    Jabir bin Mut’aim, seorang sahabat.
3.    Hadits diatas tidak katagori Syadz, tidak ada hadits lain yang lebih kuat yang menghalangi kesahihan hadits ini.
4.    Hadits diatas tidak ada cacatnya, baik pada perawinya ataupun pada matannya.



[1] Ibn Shalah, ‘Ulumul Hadits dikenal dengan Muqaadimah Ibnu Shalah, h. 11
[2] Jalaluddin Assuyuthy, Tadribu arrawi fi syarh ‘ala taqrib annawawi, (Bairut: Maktabah Alkautsar, Cet. 2, 1995), h. 61
[3] Mahmud Atthahan, Taisir Mustalah Hadits, …, h. 31
[4] Ibnu Hajar AsQalany, Nazhah anNadhar fi Taudhihi Naukhbati Fikri Fi Musthalahi Ahli Atsar, Cet. 1, (Riyadh: maktabah alMalik Fahd alWathaniyah, 2001), h. 69.
[5] Ibnu Hajar AsQalany, Nazhah anNadhar fi Taudhihi Naukhbati Fikri Fi Musthalahi Ahli Atsar, , h. 70
[6] Mahmud Atthahan, Taisir Mustalah Hadits, ..., h. 32